Analisi Unsur Estetika (wujud, bobot, penampilan) dalam Karya Sastra Puisi Diponegoro karya Chairil Anwar.
DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Analisis
unsur estetika berupa wujud, bobot dan penampilan dalam puisi Diponegoro karya
Chairil Anwar
1. Wujud
Unsur
estetika puisi yang berupa wujud adalah kenyataan yang nampak secara kongkrit
(berarti dapat dipersepsi dengan mata atau telinga) maupun kenyataan yang tidak
nampak secara kongkrit,yakn abstrak, yang hanya bisa dibayngkan seperti suatu
suatu yang diceritakan atau dibaca dalam karya sastra.
Wujud dari puisi tersebut adalah :
·
Wujud kongkrit atau tipografi puisi
Wujud
kongkrit atau tipografi dari puisi tersebut adalah
a. puisi
tersebut puisi tersebut terdiri dari 23
baris.
b. Pada
bait pertama puisi tersebut terdiri dari 3 baris.
c. Mayoritas
rima disetiap baitnya bersajak aaaa.
d. Adanya
tanda baca titik pada baris kelima.
Tak gentar. Lawan
banyaknya seratus kali.
e. Pengarang
menggunakan kata yang sederhana dalam puisinya, misal Kata maju yang menyatakan
semangat perjuangan.
2. Bobot
Unsur
estetika puisi yang berupa “bobot” dari suatu karya seni kita maksudkan isi
atau makna dari apa yang disajikan pada sang pengamat. Bobot karya seni dapat
secara langsung dengan panca indera dan
adapula yang membutuhkan penjelasan dari pencipta karya mengenai isi dan makna
dari suatu karya tersebut.
Secara umum bobot dalam kesenian
dapat diamati setidak-tidaknya pada tiga hal yaitu :
a. Suasana
Paling jelas tercipta dalam seni musik
dan seni krawitan. Suasana dapat ditonjolkan sebagai unsur yang utama dalam
bobot karya sastra tersebut.
Dalam
puisi Diponegoro ini suasana yang ditonjolkan adalah suasana semangat seorang
pejuang kemerdekaan untuk merebut kemerdekaan hingga titik darah penghabisan.
b. Gagasan
atau ide
Dengan ini dimaksudkan hasil pemikiran
atau konsep, pendapat atau pandangan tentang sesuatu. Dalam kesenian tidak ada
suatu cerita yang tidak mengandung bobot,
yakni ide atau gagasan perlu disampaikan kepada penikmatnya.
Dalam
puisi Dipoegoro ini gagasan ata ide yang ditonjolkan tentang semangat
perjuanganan. Yang memiliki makna seorang pejuang diponegoro yang bekerja keras
melawan penjajah untuk merebut kemerdekaan.
c. Ibarat
atau anjuran
Disini
melalui kesenian atau karya sastra kita menganjurkan kepada sang pengamat atau
lebih sering kepada khalayak ramai.
Dalam
puisi ini terdapat anjuran dari pencipta untuk tirulah semangat perjuangan
diponegoro saat beliau berjuang merebut kemerdekaan. Terus maju dan pantang
menyerah untuk memperoleh sesuatu yang kita inginkan dan di ibaratkan suatu
kemerdekaan.
3. Penampilan
Unsur estetika puisi yang berupa
penampilan merupakan salah satu bagian mendasar yang dimiliki semua benda seni
atau peristiwa kesenian. Dengan penampilan dimaksudkan cara penyajian,
bagaimana kesenian itu disuguhhkan kepada yang menikmatinya. Tiga unsur yang
berperan dalam penampilan adalah :
a) Bakat
seni
Bakat
adalah potensi kemampuan khas yang dimiliki oleh seorang, yang didapatkan
berkat keturunannya.
b) Ketrampilan
Ketrampilan
adalah kemahiran dalam pelaksanaan sesuatu yang dicapai dengan latihan.
c) Sarana,
Media atau Wahana Ekstrinsik
Busana,
make up, dan sebagainya. Yang tergolong wahana
intrinsik sangat mempengaruhi
kesenian yang ditampilkan.
Dalam
puisi ini pengarang menyajikan karyanya dengan penampilan/bentuk puisi dengan
bentuk yang sederhana yaitu dengan berbentuk bait, pada setiap bait terdapat 3
baris. Pengarang juga menggunakan kata-kata yang singkat dalam puisinya tetapi
kata-kata tersebut memiliki makna yang dalam saat puisi tersebut dibacakan.
Komentar
Posting Komentar